10 Jun 2011

Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehkah?


Iya, bolehkah?

Demikian suatu pertanyaan yang mengemuka di sebuah milis lain.
Menarik, karena yang punya argumentasi mengemukakan pendapatnya
disertai hadis Nabi Muhammad SAW tentang dilarangnya menisbatkan nama
suami di belakang nama istri seperti yang banyak dilakukan orang saat
ini. Misalnya, istri mantan presiden AS,Bill Clinton, yang menisbatkan
nama suaminya di belakang namanya menjadi Hillary Rodham Clinton.


Di sebuah artikel lain yang pernah saya baca, praktik penisbatan nama
suami seperti itu dianggap sebagai bentuk dominasi patriarki
(kekuasaan lelaki) atas perempuan.

Hemat saya, soal nama, khusus untuk kaum perempuan apalagi ibu-ibu
memang unik. Di
lingkungan sekitar rumah saya yang baru (yang baru ditempati 5 bulan
ini), istri saya biasa
dikenal dengan 3 nama: Umminya Alham (nama anak saya), Mamanya Alham
dan Bu Nursalam. Nama aslinya sendiri (Yuni) tenggelam:D.

Pernah ibu-ibu tetangga bilang ke istri saya,"Ih,ibu kok kemarin
dipanggil ga nengok?"

Karena istri saya keliatan bingung, ia menambahkan, "Itu, waktu saya
panggil 'Bu Nur..Bu Nur'." Oalah, pantas saja istri saya tak nengok.
Ia kira yang dipanggil orang lain.

Yah, itulah budaya di masyarakat. Tapi secara pribadi saya setuju
dengan hadis tersebut tentang penisbatan nama suami tersebut (emang
kudu yah kalo Muslim mah. Terserah jika ummat agama lain):D. Saya
sendiri membebaskan istri saya untuk menggunakan namanya sendiri, Yuni
Meganingrum, baik di formulir formal atau akun jejaring sosial
sekalipun. Dan bukan Yuni Salam atau Yuni Rahman.

Sebab, lepas dari 'ancaman' hadis tersebut, salah satu hikmah
pelarangan penisbatan nama suami tersebut adalah pembebasan atau
pengakuan Islam atas hak identitas perempuan. Di masa jahiliyah,
sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, perempuan biasa dianggap sebagai
barang atau aset, yang bisa diwariskan ke anak atau diberikan kepada
orang lain. Perempuan tak punya hak secuil pun termasuk hak identitas
atas namanya sendiri.

Hikmah lainnya, juga tentang keajegan. Jika dinisbatkan pada ayah kan
jelas dan tak berubah. Karena tak ada bekas ayah atau bekas anak.
Namun, yang ada bekas istri atau bekas suami. Kasus seperti ini pernah
terjadi atas penyanyi Elya Khaddam yang terkenal dengan lagu 'Boneka
India'.

Konon di awal karirnya ia pakai nama Elya Agus, sesuai nama ayahnya.
Namun karirnya biasa saja. Setelah menikah dan pakai nama Elya
Khaddam, karirnya melejit dengan hits lagu 'Boneka India' tersebut.
Beberapa tahun setelah tenar, ia bercerai dengan Khaddam.
Memang tak ada persoalan soal penggunaan nama 'Khaddam' karena Elya
pun masih menggunakannya hingga bertahun-bertahun setelah cerai.
Belakangan ia kembali ke nama aslinya 'Elya Agus'.

Kasus lain yang serupa juga terjadi pada artis sinetron Firdha Razak
yang dulu ngetop dengan sinetron awal 90-an "Opera Tiga Jaman" di
RCTI. Saat ngetop ia adalah istri Razak Satari, seorang produser di
RCTI. Setelah bercerai, ia pun masih pakai nama itu karena sudah
merupakan trademark atau label keartisan. Meski kemudian setelah
menikah dengan seorang bule Jerman ia berganti nama menjadi Firdha
Kussler.

--
sumber: www.nursalam. wordpress. com

Online Dapat Uang --->> Klik Banner di bawah

Emas Mini

Entri Populer